ikan mas koki merupakan ikan dari golongan ikan mas yang memiliki bentuk tubuh bulat (biasanya disebut koki mutiara) dengan kepala yang kecil dan ekor yang lebar sampai membuat ikan ini sulit untuk berenang dengan gesit. ikan ini memiliki warna yang beraneka ragam, ada yang kuning, putih, hitam, dan jingga. ikan mas koki biasanya dibudidayakan untuk dijual sebagai ikan hias bukan ikan konsumsi. ikan hias ini memiliki harga yang cukup baik, dimana pangsa pasar ikan ini bukan hanya indonesia tapi banyak di ekspor ke
Blog referensi budidaya ikan air tawar dan usaha bidang perikanan
memancing ikan wader dan mujaer di wendit malang
memancing ikan di wendit adalah hoby bagi pemancing2 kota malang. selain wendit merupakan salah satu obyek wisata andalan di malang karena memiliki sumber air yang sangat besar dan banyak disertai kolam renang dan water boom yang tinggi, ternyata dibawahnya adalah surga bagi ikan wader dan mujaer...
tips memelihara dan berbisnis ikan koi
Ikan Koi adalah jenis ikan karper Cyprinus carpio yang dipelihara untuk menghias rumah, berasal dari Tiongkok dan banyak tersebar di Jepang. Mereka berkerabat dekat dengan ikan mas, dan karena itu banyak orang menyebutnya ikan mas koi yang sebenarnya adalah misnomer, koi dianggap membawa keberuntungan.Ikan Koi termasuk ikan hias eksotis yang kini semakin banyak penggemarnya. Selain dipelihara sebagai hobi, juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan lekukannya yang indah,
Memelihara dan berbisnis ikan arwana
Ikan arwana adalah sejenis ikan bertulang banyak yang hidup di air tawar. Ikan ini berasal dari keluarga Osteoglossidae dan kerap disebut sebagai “bonytongues” (lidah bertulang). Ikan dari keluarga ini rata-rata bertubuh panjang, dan tertutup oleh lapisan sisik yang lebar, dan berat serta berpola mozaik.Ikan arwana adalah ikan yang banyak ditemukan di Indonesia, terutama spesies arwana Asia (Scleropages formosus). Spesies ini memiliki badan yang panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan.
membudidayakan ikan cupang
Ikan cupang adalah ikan air tawar yang habitatnya berasal dari beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, danVietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.
Membuat Akuarium Hias
Mengamati kegiatan usaha Perikanan khususnya ikan hias tentunya tak dapat
dipisahkan dengan sarana penunjang yang yang tak kalah pentingnya dengan
usaha ikan hias itu sendiri yaitu "AQUARIUM" karena betapun indahnya ikan
hias apabila tidak ditunjang dengan penampilan aquarium serta dekorasi yang
memadai, maka sesungguhnya nilai keindahan itu telah berkurang dan ini hanya
bisa dicapai melalui penanganan yang tekun dan kontinue.
dipisahkan dengan sarana penunjang yang yang tak kalah pentingnya dengan
usaha ikan hias itu sendiri yaitu "AQUARIUM" karena betapun indahnya ikan
hias apabila tidak ditunjang dengan penampilan aquarium serta dekorasi yang
memadai, maka sesungguhnya nilai keindahan itu telah berkurang dan ini hanya
bisa dicapai melalui penanganan yang tekun dan kontinue.
Jenis Ikan Hias
Jenis-jenis ikan hias yang potensial tersebut antara lain ikan Diskus, Severum,
Rainbow, dan Niasa.Jumlah ikan hias khususnya ikan hias air tawar yang susah dapat
dibudidayakan di Indonesia ada 91 jenis. Dari ke 91 jenis ikan tersebut, ada beberapa jenis ikan hias tersebut yang sangat potensial untuk dikembangakan karena selain dapat dipasarkan didalam
negeri juga dapat merupakan komoditas eksport.
JENIS IKAN HIAS
Jenis Kolam Ikan Budidaya
Kolam ikan yang baik akan mempengaruhi ikan dalam hal ketahanan terhadap penyakit, optimalisasi pakan, dan kecepatan tumbuh/ berkembang biak ikan.
Jenis-jenis kolam ikan yang akan digunakan sangat tergantung pada sistem budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air tawar yang biasa dilakukan yaitu :
Mendapatkan Domain Dot Com secara Gratis
Domain dot com adalah sebuah alamat yang diperlukan untuk membangun website di Internet, banyak sekali domain gratisan yang sebenarnya adalah sub domain seperti co.cc, co.nr, wordpress.com, blogspot.com, dan lain-lain. Domain2 seperti itu mudah sekali di dapatkan dengan hanya register pada penyedia domain (wordpress, co.cc, dll), akan tetapi domain tersebut kurang maksimal untuk kebutuhan membangun website yang profitabel.
Domain dot com sampai hari ini menjadi primadona para web master/ internet marketir (pelaku usaha internet) untuk membangun situs profitnya. Dalam kenyataannya domain dot com tidak bisa didapatkan secara gratis (harus membeli seharga Rp. 100.000,-) untuk mendapatkannya dari penyedia domain.
Setelah banyak mencari informasi, saya menemukan website yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan domain dot com dengan gratis meskipun dengan syarat (yang menurut saya tidak sulit untuk dipenuhi) yaitu dengan mereferralkan situs seperti yang saya lakukan sekarang.
Caranya:
1. Klick Link FreePremiumDomain setelah itu pilih One Free Domain (ada tombol radio di bawahnya, tinggal klick aja dan lanjutkan dengan…
2. Register atau pendaftaran dibagian bawa isikan Email Lengkap anda dan Password anda untuk Login ke Cpanel FreePremiumDomain.
3. Setelah itu anda akan dibawa ke Form pendaftaran, Isi Form tersebut dengan benar.
Langkah selanjutnya adalah membuka email kita untuk login dan melihat kode referral yang telah diberikan, metelah menyimpan link(kode) tersebut, kita bisa memasangnya pada blog kita untuk mendapatkan referral sebanyak 9 orang, bisa lewat facebook kita ataupun di daftarkan di kaskus atau lintas berita. Setelah mendapatkan 9 orang maka kita akan mendapat domain yang kita daftarkan, selanjutnya kenggabungkannya dengan hosting gratisan pula, hosting gratis dapat kita peroleh di 000webhost, atau penyedia hosting gratis yang lain. Selanjutnya kita sudah siap membangun toko Online kita :)
bagi agan2 sekalian semoga informasi ini bermanfaat... untuk menuju ke pendaftaran silahkan masuk ke link di sini :),, trims untuk kesediaan agan2 sekalian mampir melihat posting saya :) :) :)
Ikan Wader I
WADER merupakan ikan yang banyak dinikmati terutama untuk lalapan di rumah maupun untuk warung kuliner. ikan wader adalah jenis ikan kecil dari suku Cyprinidae. Beberapa spesies ikan wader yang yang kita kenal adalah wader pari (lunjar padi), wader bintik dua, dan beberapa jenis lain yang biasa disebut dengan wader saja. Ikan yang sering dikonsumsi lantaran memiliki rasa gurih ini biasa menempati danau dan sungai, bahkan selokan yang berair jernih.
Budidaya dan Analisa Usaha Ikan Patin
DESKRIPSI
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin
dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual
yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan
diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup
responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan,
dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai
keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk
“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan
kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan
ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti
perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.
2. SENTRA PERIKANAN
Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Kalimantan.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 2/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3. JENIS
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b) Pangasius macronema
c) Pangasius micronemus
d) Pangasius nasutus
e) Pangasius nieuwenhuisii
4. MANFAAT
1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2) Sebagai ikan hias.
5 . P E R S Y AR A T AN L O K AS I
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang
disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu
keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur,
maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin
atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5) Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium
adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif
rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang
relatif stabil.
6) Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 3/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan
ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya
masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan
lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.
Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada
ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang
umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat
diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim
kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring.
Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih
dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2
minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan
air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih
ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan
ke dalam hampang yang sudah disiapkan.
Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Pemilihan calon induk siap pijah.
b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan
mas.
c) Kawin suntik (induce breeding).
d) Pengurutan (striping).
e) Penetasan telur.
f) Perawatan larva.
g) Pendederan.
h) Pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan
pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan
benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan
penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan
biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama
menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 4/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
1) Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai
contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila
hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan
pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi
saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok
atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu
pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk
pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2) Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas
kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk
kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk
dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m
2
dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk
menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa
dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran
kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama
dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan
kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk
dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
3) Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
dengan luas 25-500 m
2
dan pendederan lanjutan 500-1000 m
2
per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan
pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di
dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat
berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak
tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
6.2. Pembibitan
1) Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam
sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk
yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam
sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 5/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus
di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi
makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk
memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan
makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan
ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras
25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari
dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan
juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini
dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
- Umur tiga tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Perut membesar ke arah anus.
- Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
- Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
- Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
- kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
- Umur dua tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Kulit perut lembek dan tipis.
- Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
- Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur
bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per
akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen
untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan
suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk
menghemat dana.
Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena
masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning
telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti denganTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 6/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan
kutu air dan jentik nyamuk.
Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui
sistem pen dan dalam karamba.
a) Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem
monokultur maupun polikultur.
b) Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung,
bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
pembesarannya.
c) Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan
lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran
benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
d) Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah:
pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan,
pengontrolan dan pemanenan.
Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang
dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.
Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air ± 0,5-3 m
dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras,
tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan
dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang
kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada
perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk
membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar
0,5-1 m.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,
yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk
hijau dengan dosis 50–700 gram/m
2
2) Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan
yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan
peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan
kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan
cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (smpel).TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 7/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet
setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang
antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga
terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba.
Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama.
Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa
ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain
berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan
kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin
dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit)
sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau
merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak
belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin.
Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus),
pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis
capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan
lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong
jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih
besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin
juga tidak akan berlompatan keluar.
7.2. Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan
patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat
infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit,
jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih
menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan
parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yangTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 8/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran
patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan
penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat
infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a. Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa
protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian:
menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram
metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air
yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan
dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang
selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada
kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga
kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan
yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai
adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30
menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang
sampai tiga hari berturut- turut.
c. Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang
sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan
yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama
di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin
menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang
ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas
sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah
harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum
parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1)
Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20
ppm selama 30–60 menit, (2) Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-
10 ppm selama 12–24 jam, atau (3) merendam ikan dalam larutan
oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2) Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan
yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
- Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus
yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi,TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 9/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan
ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
- Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus
multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih
yang berumur 1-2 bulan.
- Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
- Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai
ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
- Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak
selaput lendir tersebut.
8. PANEN
8.1. Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan
mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir
kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka
ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini
menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga
kematian ikan dapat dihindari.
8.2. Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan.
Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal
dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700
gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala
sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan
yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan
ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 10/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yangTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 11/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:1); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat
tujuan adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama
1-2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan
pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak
20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama
pengangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih
ikan patin yaitu:
- Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat
rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk
simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah
diaerasi selama 24 jam.
- Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan
serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
- Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan
air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang
rangkap.
- Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
- Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam
dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang
hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya
cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan
mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.
Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman
diangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 12/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat
adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
a. Kolam pemijahan 2 x 2 m Rp. 200.000,-
b Bibit /benih
- 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
- Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
c. Pakan/makanan (Artemia Salina) Rp. 80.000,-
d. Obat
- Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp. 8.000,-
- Pregnil Rp. 50.000,-
e. Alat
- Bangunan dan sumur Rp. 2.000.000,-
- Genzet Rp. 2.500.000,-
- Aerator Rp. 500.000,-
- Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp. 50.000,-
- Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
- 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp. 3.500.000,-
f. Tenaga kerja
- Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp. 560.000,-
g. Biaya tak terduga 10% Rp. 989.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 10.887.800,-
2) Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp. 98.000,-
3) Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %
4) Analisis usaha untuk menutup investasi
a. Periode 1: 2 Minggu pertama
Benih @ Aquarium:100 ekor=100x100xRp.125,- Rp. 1.250.000,-
b. Periode II :
Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,-
Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat
menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik
keuntungan
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensiTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 13/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
11. DAFTAR PUSTAKA
1) Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru:
Lembar Informasi Pertanian.
2) Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu
Air dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
3) Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius)
Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1),
1987: 42 - 47.
4) Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon Induk
Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
5) --------------, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius)
dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
6) --------------, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin
(Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
7) --------------, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius)
dalam Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam
Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992,
Balitkanwar, Bogor, 1992.
8) --------------, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius
pangasius) Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
9) --------------; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius
pangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 14/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
10) Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya,
1999 ).
11) Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius
pangasius ) Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding
Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar,
Bogor, 1992.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang
berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin
dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual
yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan
diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup
responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan,
dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai
keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk
“membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan
kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan
ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti
perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
berfungsi sebagai peraba.
2. SENTRA PERIKANAN
Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Kalimantan.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 2/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3. JENIS
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo : Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili : Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b) Pangasius macronema
c) Pangasius micronemus
d) Pangasius nasutus
e) Pangasius nieuwenhuisii
4. MANFAAT
1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2) Sebagai ikan hias.
5 . P E R S Y AR A T AN L O K AS I
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang
disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu
keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur,
maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin
atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5) Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium
adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif
rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang
relatif stabil.
6) Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 3/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi
menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan
ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya
masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan
lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.
Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada
ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang
umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat
diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim
kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring.
Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih
dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2
minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan
air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih
ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan
ke dalam hampang yang sudah disiapkan.
Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Pemilihan calon induk siap pijah.
b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan
mas.
c) Kawin suntik (induce breeding).
d) Pengurutan (striping).
e) Penetasan telur.
f) Perawatan larva.
g) Pendederan.
h) Pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan
pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan
benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan
penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan
biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama
menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 4/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
1) Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai
contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila
hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan
pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi
saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok
atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu
pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk
pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2) Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas
kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk
kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk
dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m
2
dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk
menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa
dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran
kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama
dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan
kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk
dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
3) Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
dengan luas 25-500 m
2
dan pendederan lanjutan 500-1000 m
2
per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan
pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di
dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat
berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak
tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
6.2. Pembibitan
1) Menyiapkan Bibit
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam
sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk
yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam
sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 5/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus
di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi
makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk
memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan
makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan
ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras
25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari
dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan
juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini
dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
- Umur tiga tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Perut membesar ke arah anus.
- Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
- Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
- Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
- kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
- Umur dua tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Kulit perut lembek dan tipis.
- Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
- Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur
bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per
akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen
untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan
suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk
menghemat dana.
Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena
masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning
telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti denganTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 6/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan
kutu air dan jentik nyamuk.
Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui
sistem pen dan dalam karamba.
a) Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem
monokultur maupun polikultur.
b) Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung,
bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
pembesarannya.
c) Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan
lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran
benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
d) Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah:
pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan,
pengontrolan dan pemanenan.
Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang
dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.
Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air ± 0,5-3 m
dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras,
tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan
dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang
kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada
perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk
membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar
0,5-1 m.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,
yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk
hijau dengan dosis 50–700 gram/m
2
2) Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan
yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan
peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan
kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan
cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
dipelihara (smpel).TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 7/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet
setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang
antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga
terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba.
Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama.
Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa
ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain
berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan
kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin
dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit)
sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau
merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak
belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin.
Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus),
pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis
capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan
lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong
jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih
besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin
juga tidak akan berlompatan keluar.
7.2. Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan
patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat
infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit,
jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih
menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan
parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yangTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 8/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran
patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan
penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat
infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
a. Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa
protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian:
menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram
metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air
yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan
dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang
selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
b. Penyakit jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada
kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga
kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan
yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai
adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30
menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang
sampai tiga hari berturut- turut.
c. Penyakit bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang
sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan
yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama
di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Penyakit bakteri yang mungkin
menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang
ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas
sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah
harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi belum
parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1)
Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20
ppm selama 30–60 menit, (2) Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-
10 ppm selama 12–24 jam, atau (3) merendam ikan dalam larutan
oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
2) Penyakit non-infeksi
Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan
yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
- Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus
yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi,TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 9/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan
ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
- Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus
multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih
yang berumur 1-2 bulan.
- Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
- Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai
ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
- Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak
selaput lendir tersebut.
8. PANEN
8.1. Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan
mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir
kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka
ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini
menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga
kematian ikan dapat dihindari.
8.2. Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan.
Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal
dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600-700
gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala
sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan
yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan
ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
C.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 10/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yangTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 11/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:1); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat
tujuan adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama
1-2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan
pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak
20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama
pengangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih
ikan patin yaitu:
- Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat
rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk
simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah
diaerasi selama 24 jam.
- Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan
serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
- Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan
air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang
rangkap.
- Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
- Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam
dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang
hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya
cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan
mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.
Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman
diangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 12/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat
adalah sebagai berikut:
1) Biaya produksi
a. Kolam pemijahan 2 x 2 m Rp. 200.000,-
b Bibit /benih
- 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
- Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
c. Pakan/makanan (Artemia Salina) Rp. 80.000,-
d. Obat
- Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp. 8.000,-
- Pregnil Rp. 50.000,-
e. Alat
- Bangunan dan sumur Rp. 2.000.000,-
- Genzet Rp. 2.500.000,-
- Aerator Rp. 500.000,-
- Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp. 50.000,-
- Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
- 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp. 3.500.000,-
f. Tenaga kerja
- Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp. 560.000,-
g. Biaya tak terduga 10% Rp. 989.800,-
Jumlah biaya produksi Rp. 10.887.800,-
2) Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp. 98.000,-
3) Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %
4) Analisis usaha untuk menutup investasi
a. Periode 1: 2 Minggu pertama
Benih @ Aquarium:100 ekor=100x100xRp.125,- Rp. 1.250.000,-
b. Periode II :
Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,-
Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat
menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik
keuntungan
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensiTTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 13/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
11. DAFTAR PUSTAKA
1) Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru:
Lembar Informasi Pertanian.
2) Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu
Air dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
3) Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius)
Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1),
1987: 42 - 47.
4) Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon Induk
Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
5) --------------, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius)
dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
6) --------------, dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin
(Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
7) --------------, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius)
dalam Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam
Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992,
Balitkanwar, Bogor, 1992.
8) --------------, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius
pangasius) Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar Hasil
Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
9) --------------; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius
pangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian
Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 14/ 14
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
10) Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya,
1999 ).
11) Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius
pangasius ) Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding
Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar,
Bogor, 1992.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
Cara Budidaya dan Analisa Usaha Ikan Mas
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang
pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475
sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun
1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas
yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan
Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat
10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk,
sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan
umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,
Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri
dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan
kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,
bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas
adalah sebagai berikut:
1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;
bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;
perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih
gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila
diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang
badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata
pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;
gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan
panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif
panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan
lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan
antara 3,5:1.
5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik
bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari
warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp,
long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,
shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku
nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang
berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang
berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang
banyak dibudidayakan.
Manfaat ikan Mas antara lain:
1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2) Sebagai ikan hias.
P E R S Y AR A T AN L O K AS I
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air
deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air
tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras
debitnya 100 liter/menit/m3
6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.
Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter
persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200
meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan
dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu
bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang
sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa
untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18m2
dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah
pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu
pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai
pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam
penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali
juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah
yang ada telurnya.
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan
dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran
dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir
adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah
pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air
sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas
diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur
yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara
terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk
buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram
dan 10 gram/meter persegi.
Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin
meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan
maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.
Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi
alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya
pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan
teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian
kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian
kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan
penyeleksian terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang
untuk dipijah adalah sebagai berikut:
a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:
umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
mulus, sehat, sirip tidak cacat.
c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;
panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak
jernih.
d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih
panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
a) Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b) Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2) Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
a. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
- Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan
telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam
penetasan.
- Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit
bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari
tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke
kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian
sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
- Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan
rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di
seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;
(4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela
bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
- Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di
permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan
ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam
pendederan.
- Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit
keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi
air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur
digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3)
setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)
setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
- Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan
tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
b. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur
dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise
ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor
(berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah
suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang
melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana
yang lengkap dan perawatan yang intensif.
3) Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan
suhu berkisar 25 derajat C.
c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan
seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
e. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet
diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran
2-4% dari jumlah berat induk ikan.
4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur
hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan
(luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana
kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan
liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan
pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah
benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1
bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
b. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang
disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran
benih menjadi 3-5 cm.
c. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang
disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran
benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus
3-5% dari jumlah bobot benih.
d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang
disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%
dari jumlah bobot benih.
5) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan
pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari
selama 3 minggu.
Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
monokultur.
a) Polikultur
1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan
dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
jantan dan betina.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,
TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2 Setelah itu kolam
diisi air 39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam
disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,
Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas
serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari
kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung
pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka
padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan
pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa).
Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2) Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan
buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang
cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.
Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban
diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur
rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter
air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada
benih, perawatan 5-7 hari.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah
menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak
tercemari/teracuni oleh zat beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan
minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3) Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang
mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
4) Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;
pemagaran kolam.
5) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6) Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7) Ikan gabus
Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau
dibuat bak filter.
8) Belut dan kepiting
Pengendalian: lakukan penangkapan.
7.2. Penyakit
1) Bintik merah (White spot)
Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih,
pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan
badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah
serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam
larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4
cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur
NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung
terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur
kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,
ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi
pendarahan dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam
larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam
Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang
berlebihan.
4) Kutu ikan (argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian
kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).
Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20
gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3)
selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
5) Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.
Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang
jamur, terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam
larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur
yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
6) Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan
badan pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit
dalam larutan formalin 150-200 ppm.
7) Bakteri psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip
ekor terkikis. Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur
oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama
7 hari berturut-turut.
8) Bakteri aeromonas punctata
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit
kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu
gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal. Pengendalian:
penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100
mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari
berturut-turut.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu
pintu pemasukan air.
5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan
secara hati-hati dan benar.
7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)
sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
PANEN
8.1. Pemanenan Benih
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alatalat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana
yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus
sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih
sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar
benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih
untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan
sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan
tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam
pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan
tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut
benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam
ember atau keramba.
Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat
diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
8.2. Cara Perhitungan Benih
Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak
penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara
menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan
menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan,
dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih
biasanya dengan cara:
a) Penghitungan dengan sendok.
b) Penghitungan dengan mangkok.
8.3. Pembersihan
Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada
saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang
lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut,
maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih
ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.
Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang
telah disiapkan.
8.4. Pemanenan Hasil Pembesaran
Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen
total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat
berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak
pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan
menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan
secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan
ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajatC.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
- Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
- Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-
2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan
benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli
dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau
formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2
(kapasitas 1000 ekor)
selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.
1) Biaya produksi
a. Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
b. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-
c. Pakan
- Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
- Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-
- Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
- Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-
- Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-
- Obat-oabatan Rp. 10.000,-
d. Peralatan Rp. 50.000,-
e. Lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
2) Pendapatan
a. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-
b. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-
c. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-
a. Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-
4) Parameter kelayakan usaha
B/C ratio 1,39
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi
alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
DAFTAR PUSTAKA
1) DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam
Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2
2) GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27
Agustus 1988 hal. 5
3) RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung
Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal. 5
4) RUKMANA, Rahmat. 1992. Prospek Usaha Ikan Mas Menggiurkan Dan
Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992 hal. 7
5) SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :
Kanisius.
6) SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan
di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.
7) SUSENO, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, cet. :7.
Jakarta : Penebar Swadaya.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475
sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun
1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas
yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan
Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat
10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk,
sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan
umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,
Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri
dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan
kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,
bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas
adalah sebagai berikut:
1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;
bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;
perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih
gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila
diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang
badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata
pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;
gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan
panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif
panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan
lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan
antara 3,5:1.
5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik
bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari
warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp,
long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,
shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku
nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang
berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang
berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang
banyak dibudidayakan.
Manfaat ikan Mas antara lain:
1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2) Sebagai ikan hias.
P E R S Y AR A T AN L O K AS I
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air
deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air
tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras
debitnya 100 liter/menit/m3
6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.
Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter
persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila
diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200
meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan
dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu
bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang
sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa
untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18m2
dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah
pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu
pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai
pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam
penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali
juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah
yang ada telurnya.
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.
Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan
dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran
dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir
adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah
pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air
sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas
diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),
cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan.
Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur
yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara
terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk
buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram
dan 10 gram/meter persegi.
Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Induk
Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin
meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan
maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.
Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi
alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya
pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan
teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian
kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian
kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan
penyeleksian terhadap induk ikan mas.
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang
untuk dipijah adalah sebagai berikut:
a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:
umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
mulus, sehat, sirip tidak cacat.
c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;
panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak
jernih.
d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih
panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
sebagai berikut:
a) Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b) Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2) Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
a. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
- Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan
telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam
penetasan.
- Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit
bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari
tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke
kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian
sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
- Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan
rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di
seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;
(4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela
bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
- Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di
permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan
ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam
pendederan.
- Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit
keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi
air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur
digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3)
setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)
setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
- Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan
tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
b. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur
dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise
ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor
(berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah
suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang
melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana
yang lengkap dan perawatan yang intensif.
3) Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan
suhu berkisar 25 derajat C.
c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan
seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
e. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet
diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran
2-4% dari jumlah berat induk ikan.
4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur
hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan
(luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana
kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan
liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan
pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah
benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1
bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
b. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang
disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran
benih menjadi 3-5 cm.
c. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang
disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran
benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus
3-5% dari jumlah bobot benih.
d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang
disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%
dari jumlah bobot benih.
5) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan
pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari
selama 3 minggu.
Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
monokultur.
a) Polikultur
1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan
dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
jantan dan betina.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,
TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2 Setelah itu kolam
diisi air 39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam
disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,
Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas
serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari
kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung
pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka
padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan
pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa).
Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
2) Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan
buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang
cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.
Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban
diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur
rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter
air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada
benih, perawatan 5-7 hari.
3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah
menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak
tercemari/teracuni oleh zat beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan
minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit
diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3) Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang
mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
4) Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;
pemagaran kolam.
5) Lingsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6) Burung
Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7) Ikan gabus
Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau
dibuat bak filter.
8) Belut dan kepiting
Pengendalian: lakukan penangkapan.
7.2. Penyakit
1) Bintik merah (White spot)
Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih,
pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan
badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah
serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam
larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4
cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur
NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung
terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur
kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,
ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi
pendarahan dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam
larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam
Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang
berlebihan.
4) Kutu ikan (argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian
kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).
Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20
gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3)
selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
5) Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.
Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang
jamur, terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam
larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur
yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
6) Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan
badan pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit
dalam larutan formalin 150-200 ppm.
7) Bakteri psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip
ekor terkikis. Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur
oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama
7 hari berturut-turut.
8) Bakteri aeromonas punctata
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit
kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu
gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal. Pengendalian:
penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100
mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari
berturut-turut.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu
pintu pemasukan air.
5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan
secara hati-hati dan benar.
7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)
sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.
PANEN
8.1. Pemanenan Benih
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alatalat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana
yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus
sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih
sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar
benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih
untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan
sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan
tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam
pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan
tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut
benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam
ember atau keramba.
Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat
diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
8.2. Cara Perhitungan Benih
Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak
penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara
menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan
menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan,
dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih
biasanya dengan cara:
a) Penghitungan dengan sendok.
b) Penghitungan dengan mangkok.
8.3. Pembersihan
Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada
saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang
lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut,
maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih
ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.
Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang
telah disiapkan.
8.4. Pemanenan Hasil Pembesaran
Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen
total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat
berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara
mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak
pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu
pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan
menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan
secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan
ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajatC.
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
juga antara ikan dengan penutup kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
- Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
- Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang
diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
dapat diisi 2 buah kantong plastik.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 14/ 16
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-
2 menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan
benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli
dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau
formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2
(kapasitas 1000 ekor)
selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.
1) Biaya produksi
a. Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
b. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-
c. Pakan
- Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
- Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-
- Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
- Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-
- Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-
- Obat-oabatan Rp. 10.000,-
d. Peralatan Rp. 50.000,-
e. Lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
2) Pendapatan
a. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-
b. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-
c. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-
a. Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-
4) Parameter kelayakan usaha
B/C ratio 1,39
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi
alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat
berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
DAFTAR PUSTAKA
1) DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam
Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2
2) GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas dalam Sinar Tani. 27
Agustus 1988 hal. 5
3) RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung
Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal. 5
4) RUKMANA, Rahmat. 1992. Prospek Usaha Ikan Mas Menggiurkan Dan
Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992 hal. 7
5) SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :
Kanisius.
6) SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan
di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.
7) SUSENO, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, cet. :7.
Jakarta : Penebar Swadaya.
12. KONTAK HUBUNGAN
Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
Jakarta, Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
Cara Budidaya Tiram
Tiram tersebar luas, beberapa jenis diantaranya telah berhasil dibudidayakan.
Mereka terdiri dari marga Ostrea yang berbentuk ceper dan marga Crassostrea
yang berbentuk seperti piala.
Di Malaysia sedikitnya ada dua jenis dari marga Crassostrea yaitu C. cucullatus
dan C. rivalaris.
CARA PEMBUDIDAYAAN
Dalam budidaya tiram terdapat dua kegiatan utama, yaitu:
1) Pengumpulan spat
2) Pembesaran
1) Pengumpulan spat
Sampai sekarang spat tiram masih diperoleh dari alam. Di Amerika Serikat
dan di Inggris sedang diadakan percobaan pemijahan tiram secara buatan di
Balai Pembenihan. Sarana yang digunakan untuk mengumpulkan spat tiram
dari alat yang disebut kolektor.
a. Pemilihan lokasi
Lokasi untuk menempatkan kolektor tentu saja harus di ladang-ladang
induk tiram, utamanya pada waktu induk-induk tiram itu sedang atau
sehabis berpijah. Dicari lokasi yang terlindung agar kolektor-kolektornya
tidak rusak atau hanyut karena amukan angin atau gelombang.
Kedalaman pemasangan kolektor yang dapat ditempeli spat tiram sangat
bervariasi, mulai dari kolektor yang paling ideal adalah diperoleh dari
pengalaman.
b. Waktu pemasangan
Metoda pengumpulan apapun yang digunakan dalam budidaya tiram
sangat tergantung pada ketepatan waktu pemasangan kolektor. Saat
yang paling baik pemasangan kolektor sangat bervariasi, diantaranya
tergantung pada jenis, lokasi dan fluktuasi tahunan dari suhu, kadar
garam, pasang surut dan lain sebagainya.
Di Malaysia, tiram berpijah sepanjang tahun dengan puncak pada awal
musim hujan. Jumlah spat yang paling banyak diperoleh 2 ~ 3 minggu
setelah datangnya turun hujan yang tiba-tiba dan lebat, dan berakhir
beberapa hari kemudian. Sebaiknya pemasangan kolektor dilakukan
pada musim spat, agar tidak didahului menempelnya teritip, lumpur atau
kotoran lainnya.
Salah satu cara untuk mengetahui musim spat adalah dengan jalan
pengambilan contoh air dengan jaring plankton. Burayak tiram yang
berukuran panjang 0,25 ~ 0,50 mm dapat dikenali pada umbonya yang
miring (Gambar 1).
Gambar 1. Burayak Tiram Berukuran 0,25-0,50 mm.
Cara lainnya dapat juga dilakukan dengan jalan memeriksa induk-induk
tiram yang sedang hamil selama beberapa hari. Jika sebagian besar dari
mereka sudah kempis perutnya, maka berarti mereka sudah memijah dan
kolektor-kolektor bisa segera dipasangkan. Tetapi cara yang terakhir ini
masih diragukan kecermatannya, karena kerapkali para burayak mati atau
hanyut beberapa hari setelah pemijahan.
c. Metoda pengumpulan spat
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kolektor adalah
bahwa kolektor tersebut dapat ditempeli spat sebanyak-banyaknya, murah
dan mudah penanganannya. Berikut ini diutarakan beberapa metoda
pengumpulan spat.
- Kolektor tancap
Salah satu cara pengumpulan spat yang paling bersahaja adalah
dengan jalan menancapkan bambu-bambu atau kayu-kayu (misalnya
kayu bakau atau nibung) di ladang tiram. Kolektor disusun sekerap
mungkin dan diatur berbanjar yang jarak antara banjarnya dapat dilalui
oleh perahu.
- Metoda rak
Sebagai kolektornya digunakan genteng atau asbes bergelombang
atau bilah kayu yang diter. Kolektor disisip-sisipkan pada rak.
Gambar 2. Kolektor Asbes Bergelombang dengan Metoda Rak
-. Kolektor gantung
Kolektor digantung pada rakit atau pada palang cagak silang.
* Metoda rakit
Rakit terbuat dari batang-batang bambu atau kayu dengan tong
plastik atau drum sebagai penyangganya.
Gambar 3. Rakit untuk Penggantungan Kolektor-kolektor
* Metoda palang cagak-silang
Bahan cagak terbuat dari dua batang bambu atau kayu yang
ditancapkan di dasar laut secara silang, kemudian dipasang palang
bambu atau kayu di antara kedua cagak-silang tersebut.
Gambar 4. Palang Cagak Silang untuk Penggantungan Kolektor-kolektor
Kolektor-kolektor bisa terbuat dari genting, asbes, bilah-bilah bambu
atau kayu, atau wadah telur ayam/itik bekas.
Untuk memudahkan menempelnya spat, maka sebaiknya kolektorkolektor dilapisi adonan kapur-pasir-semen. Dengan dilapisi adonan ini
utamanya kolektor yang terbuat dari wadah telur yang lembek dan
mudah hancur terendam air itu akan menjadi lebih kuat. Perbandingan
adonan adalah dua bagian pasir halus (ditapis dengan ayakan tembaga
nomor 16 bermata 1,003 mm), dua bagian semen dan satu bagian
kapur. Adonan diberi air secukupnya sampai kental seperti sup,
kemudian kolektor-kolektor dicelupkan ke dalamnya lalu dianginkan
sampai kering.
Pemasangan kolektor dari wadah telur diatur sebagai berikut :
beberapa lapis wadah telur dibungkus dalam jaring kemudian
digantungkan pada rakit atau pada palang cagak-silang dengan
kedalaman yang berbeda-beda untuk tidak berhimpitan dan dapat
ditempeli spat pada lapisan air yang berlainan.
Gambar 5. Kolektor dari Wadah Telur yang Dibungkus dalam Jaring
Bilah-bilah bambu atau kayu, lembaran asbes atau genting di buat
empat persegi dengan ukuran tertentu, kemudian diikat beruntun
dengan tali sisal, injuk, nylon atau dengan jenis tali lainnya.
Gambar 6. Kolektor Gantung yang Diikat dengan Tali
2) Pembesaran
Setelah spat-spat mencapai ukuran 20 mm atau lebih, mereka dilepas dari
kolektor, kemudian dipindahkan ke lokasi lain untuk dibesarkan. Di bawah ini
diutarakan beberapa metoda pembesaran.
a. Metoda cagak
Pada lazimnya metoda cagak ini digunakan di perairan yang dangkal.
Cagak yang terbuat dari batang-batang bambu atau kayu ditancaptancapkan di dasar laut. Spat-spat tiram melekat pada cagak-cagak
tersebut. Tiram-tiram yang sudah matang telur berangsur-angsur
dipindahkan untuk mencegah terlampau berdesakkan.
b. Metoda dulang
Dulang terbuat dari kawat ram tahan karat bermata 12,7 mm. Sebagai
kerangkanya terbuat dari kayu. Metoda dulang ini biasanya digunakan di
perairan yang dangkal dengan dasar pasir (Gambar 7).
Gambar 7. Metoda Dulang
c. Metoda rakit
Pada umumnya metoda rakit ini digunakan di perairan dengan kedalaman
5 meter ke atas pada waktu air surut. Lokasi perairan untuk metoda rakit
ini harus terlindung dari amukan angin dan gelombang. Spat-spat tiram
dimasukkan dalam sangkar jaring atau dulang plastik, kemudian
digantungkan pada rakit. Bentuk rakit sama dengan bentuk rakit untuk
pengumpulan spat.
3. HAMA
Beberapa musuh tiram diantaranya terdiri dari bintang laut, siput, beberapa
jenis cacing, kerang hijau, teritip dan lain sebagainya.
1) Bintang Laut
Bintang laut dapat dikendalikan dengan jalan membuang atau menubanya.
Bintang-bintang laut dibuang dengan tongkat berujung runcing pada waktu
air sedang surut. Pada ladang budidaya yang dalam, bintang-bintang laut
dibuang dengan mengunakan sapu lawe. Sesuai dengan namanya, sapu
bintang laut ini terbuat dari lawe yang diikatkan secara berderet pada
sebatang kawat sepanjang 2 kaki (± 60 cm). Sapu ditarik secara perlahan di
dasar laut, kemudian bintang-bintang lautnya yang tersapu dinaikkan ke atas
(selang 10 menit) untuk dibuang atau dibunuh.
Gambar 8. Sapu Bintang Laut
Bintang laut dapat dibunuh dalam air panas atau dalam larutan garam pekat.
Bila bintang lautnya banyak dapat dimusnahkan dengan jalan menebarkan
kapur sebanyak ± 227 kg/are di dasar laut.
2) Siput Pengebor
Beberapa jenis siput, seperti jenis Thais sp dapat mengebor cangkangcangkang tiram sehingga tiram-tiramnya mati. Cara yang paling sederhana
untuk mencegah ganguan jenis siput ini adalah dengan jalan memilih ladang
budidaya yang bebas dari mereka.
Gambar 9. Siput Pengebor Jenis thais sp.
3) Cacing Lepuh
Cacing lepuh lumpur jenis Polydora sp. yang hidup pada bagian dalam
cangkang tiram dapat mengakibatkan lepuh-lepuh berwarna hitam pada
permukaan bagian dalam cangkang tiram. Cacing lepuh dapat dimusnahkan
dengan jalan merendam tiram-tiramnya dalam larutan garam pekat.
4) Kerang Hijau
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan saingan utama bagi tiram dalam hal
makanan dan tempat hidup. Karena ulah kerang hijau, mutu tiram menjadi
rendah dan bahkan membunuhnya. Oleh karena itu sebelum
pembudidayaan tiram dilakukan terlebih dahulu memusnahkan kerangkerang hijaunya.
5) Teritip
Teritip (Balanus sp.) sering mengotori cangkang tiram bagian luar.
Sebagaimana halnya dengan kerang hijau, teritipun merupakan saingan
berat bagi tiram dalam hal makanan dan tempat hidup, serta sangat
mengurangi produktivitas spat-spat tiram yang dapat melekat pada kolektor
karena sudah didahului oleh teritip.
Pengotoran kolektor tiram oleh teritip dapat ditanggulangi sampai pada
tingkat tertentu dengan jalan pengamatan burayak tiram dalam contohcontoh plankton untuk mengetahui musim puncak spatnya. Jika
pemasangan kolektor terlalu dini, maka dengan cepat sekali kolektor tersebut
dipenuhi oleh teritip. Bilamana memungkinkan sebaiknya memilih lokasi
budidaya tiram di daerah perairan yang populasi teritipnya tidak begitu padat.
6) Cacing Tabung
Jenis cacing ini (pomatoceros sp.) berbentuk tabung berkapur putih dan
hidup melekat pada cangkang tiram bagian luar, sehingga selain cangkang
tiramnya kotor, juga bersaing dalam perolehan makanan.
4. PANEN
Tiram sudah dapat dipanen setelah mencapai ukuran 100 mm. Untuk
mencapai ukuran ini diperlukan waktu pemeliharaan selfma 12 ~ 18 bulan
semenjak masa pengumpulan spat. Atau apabila jeroan dagingnya sudah
berwarna putih susu yang mengandung glikogen.
Jika tiram-tiram itu untuk disimpan agak lama sebainya disejukkan pada suhu
10 derajat C atau 340 derajat F.
5. KESEHATAN MASYARAKAT
Salah satu masalah pada tiram ini adalah bahwa binatang ini mudah
terkontaminasi oleh bakteri, karena ternyata tiram tahan terhadap pencemaran
yang mengandung bakteri patogenis yang berasal dari buangan industri
maupun dari buangan rumah tangga. Oleh karena itu, sebaiknya usaha
budidaya tiram dilakukan di perairan yang masih belum tercemar.
Bakteri yang terdapat dalam tiram dapat dibasmi dengan jalan merebusnya
selama 2 ~ 3 menit. Jika tiram-tiram yang sudah terkena polusi hendak
dipasarkan hidup-hidup, bakterinya dapat dilenyapkan dengan cara merendam
tiram-tiramnya dalam air bersih bebas hama selama 2 ~ 4 hari. Tiram-tiram
dapat juga disuci hamakan dalam air bebas bakteri yang telah diperlakukan
dengan sinar ultra violet, khlorin atau ozon.
6. DAFTAR PUSTAKA
1) Galtsoff, P.S. (1964). The American Oyster. Fish. Bull. Fish Wildl. Serv.,
64. 480pp.
2) Medoof, J.C. (1961). Oyster Farming in the Maritimes. Fish. Res. Bd. Can.
Bull. No. 131.
3) Okada, H. (1963). Report on Oyster Culture Experiments in Malaysia (1960-
1963). Published by Bahagian Perikanan, Kementrian Pertanian dan
Pembangunan Luar Bandar.
7. SUMBER
Budidaya Tiram, Judul asli: Oyster Culture, oleh P.S. Choo, Fisheries Research
Institute Glugor, Penang, Malaysia. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
oleh Drs. T. Asikin - Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan
International Development Research Centre, 1985.
8. KONTAK HUBUNGAN
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Jakarta, Maret 2001
Disadur oleh : Tarwiyah
KEMBALI KE MEN
Mereka terdiri dari marga Ostrea yang berbentuk ceper dan marga Crassostrea
yang berbentuk seperti piala.
Di Malaysia sedikitnya ada dua jenis dari marga Crassostrea yaitu C. cucullatus
dan C. rivalaris.
CARA PEMBUDIDAYAAN
Dalam budidaya tiram terdapat dua kegiatan utama, yaitu:
1) Pengumpulan spat
2) Pembesaran
1) Pengumpulan spat
Sampai sekarang spat tiram masih diperoleh dari alam. Di Amerika Serikat
dan di Inggris sedang diadakan percobaan pemijahan tiram secara buatan di
Balai Pembenihan. Sarana yang digunakan untuk mengumpulkan spat tiram
dari alat yang disebut kolektor.
a. Pemilihan lokasi
Lokasi untuk menempatkan kolektor tentu saja harus di ladang-ladang
induk tiram, utamanya pada waktu induk-induk tiram itu sedang atau
sehabis berpijah. Dicari lokasi yang terlindung agar kolektor-kolektornya
tidak rusak atau hanyut karena amukan angin atau gelombang.
Kedalaman pemasangan kolektor yang dapat ditempeli spat tiram sangat
bervariasi, mulai dari kolektor yang paling ideal adalah diperoleh dari
pengalaman.
b. Waktu pemasangan
Metoda pengumpulan apapun yang digunakan dalam budidaya tiram
sangat tergantung pada ketepatan waktu pemasangan kolektor. Saat
yang paling baik pemasangan kolektor sangat bervariasi, diantaranya
tergantung pada jenis, lokasi dan fluktuasi tahunan dari suhu, kadar
garam, pasang surut dan lain sebagainya.
Di Malaysia, tiram berpijah sepanjang tahun dengan puncak pada awal
musim hujan. Jumlah spat yang paling banyak diperoleh 2 ~ 3 minggu
setelah datangnya turun hujan yang tiba-tiba dan lebat, dan berakhir
beberapa hari kemudian. Sebaiknya pemasangan kolektor dilakukan
pada musim spat, agar tidak didahului menempelnya teritip, lumpur atau
kotoran lainnya.
Salah satu cara untuk mengetahui musim spat adalah dengan jalan
pengambilan contoh air dengan jaring plankton. Burayak tiram yang
berukuran panjang 0,25 ~ 0,50 mm dapat dikenali pada umbonya yang
miring (Gambar 1).
Gambar 1. Burayak Tiram Berukuran 0,25-0,50 mm.
Cara lainnya dapat juga dilakukan dengan jalan memeriksa induk-induk
tiram yang sedang hamil selama beberapa hari. Jika sebagian besar dari
mereka sudah kempis perutnya, maka berarti mereka sudah memijah dan
kolektor-kolektor bisa segera dipasangkan. Tetapi cara yang terakhir ini
masih diragukan kecermatannya, karena kerapkali para burayak mati atau
hanyut beberapa hari setelah pemijahan.
c. Metoda pengumpulan spat
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kolektor adalah
bahwa kolektor tersebut dapat ditempeli spat sebanyak-banyaknya, murah
dan mudah penanganannya. Berikut ini diutarakan beberapa metoda
pengumpulan spat.
- Kolektor tancap
Salah satu cara pengumpulan spat yang paling bersahaja adalah
dengan jalan menancapkan bambu-bambu atau kayu-kayu (misalnya
kayu bakau atau nibung) di ladang tiram. Kolektor disusun sekerap
mungkin dan diatur berbanjar yang jarak antara banjarnya dapat dilalui
oleh perahu.
- Metoda rak
Sebagai kolektornya digunakan genteng atau asbes bergelombang
atau bilah kayu yang diter. Kolektor disisip-sisipkan pada rak.
Gambar 2. Kolektor Asbes Bergelombang dengan Metoda Rak
-. Kolektor gantung
Kolektor digantung pada rakit atau pada palang cagak silang.
* Metoda rakit
Rakit terbuat dari batang-batang bambu atau kayu dengan tong
plastik atau drum sebagai penyangganya.
Gambar 3. Rakit untuk Penggantungan Kolektor-kolektor
* Metoda palang cagak-silang
Bahan cagak terbuat dari dua batang bambu atau kayu yang
ditancapkan di dasar laut secara silang, kemudian dipasang palang
bambu atau kayu di antara kedua cagak-silang tersebut.
Gambar 4. Palang Cagak Silang untuk Penggantungan Kolektor-kolektor
Kolektor-kolektor bisa terbuat dari genting, asbes, bilah-bilah bambu
atau kayu, atau wadah telur ayam/itik bekas.
Untuk memudahkan menempelnya spat, maka sebaiknya kolektorkolektor dilapisi adonan kapur-pasir-semen. Dengan dilapisi adonan ini
utamanya kolektor yang terbuat dari wadah telur yang lembek dan
mudah hancur terendam air itu akan menjadi lebih kuat. Perbandingan
adonan adalah dua bagian pasir halus (ditapis dengan ayakan tembaga
nomor 16 bermata 1,003 mm), dua bagian semen dan satu bagian
kapur. Adonan diberi air secukupnya sampai kental seperti sup,
kemudian kolektor-kolektor dicelupkan ke dalamnya lalu dianginkan
sampai kering.
Pemasangan kolektor dari wadah telur diatur sebagai berikut :
beberapa lapis wadah telur dibungkus dalam jaring kemudian
digantungkan pada rakit atau pada palang cagak-silang dengan
kedalaman yang berbeda-beda untuk tidak berhimpitan dan dapat
ditempeli spat pada lapisan air yang berlainan.
Gambar 5. Kolektor dari Wadah Telur yang Dibungkus dalam Jaring
Bilah-bilah bambu atau kayu, lembaran asbes atau genting di buat
empat persegi dengan ukuran tertentu, kemudian diikat beruntun
dengan tali sisal, injuk, nylon atau dengan jenis tali lainnya.
Gambar 6. Kolektor Gantung yang Diikat dengan Tali
2) Pembesaran
Setelah spat-spat mencapai ukuran 20 mm atau lebih, mereka dilepas dari
kolektor, kemudian dipindahkan ke lokasi lain untuk dibesarkan. Di bawah ini
diutarakan beberapa metoda pembesaran.
a. Metoda cagak
Pada lazimnya metoda cagak ini digunakan di perairan yang dangkal.
Cagak yang terbuat dari batang-batang bambu atau kayu ditancaptancapkan di dasar laut. Spat-spat tiram melekat pada cagak-cagak
tersebut. Tiram-tiram yang sudah matang telur berangsur-angsur
dipindahkan untuk mencegah terlampau berdesakkan.
b. Metoda dulang
Dulang terbuat dari kawat ram tahan karat bermata 12,7 mm. Sebagai
kerangkanya terbuat dari kayu. Metoda dulang ini biasanya digunakan di
perairan yang dangkal dengan dasar pasir (Gambar 7).
Gambar 7. Metoda Dulang
c. Metoda rakit
Pada umumnya metoda rakit ini digunakan di perairan dengan kedalaman
5 meter ke atas pada waktu air surut. Lokasi perairan untuk metoda rakit
ini harus terlindung dari amukan angin dan gelombang. Spat-spat tiram
dimasukkan dalam sangkar jaring atau dulang plastik, kemudian
digantungkan pada rakit. Bentuk rakit sama dengan bentuk rakit untuk
pengumpulan spat.
3. HAMA
Beberapa musuh tiram diantaranya terdiri dari bintang laut, siput, beberapa
jenis cacing, kerang hijau, teritip dan lain sebagainya.
1) Bintang Laut
Bintang laut dapat dikendalikan dengan jalan membuang atau menubanya.
Bintang-bintang laut dibuang dengan tongkat berujung runcing pada waktu
air sedang surut. Pada ladang budidaya yang dalam, bintang-bintang laut
dibuang dengan mengunakan sapu lawe. Sesuai dengan namanya, sapu
bintang laut ini terbuat dari lawe yang diikatkan secara berderet pada
sebatang kawat sepanjang 2 kaki (± 60 cm). Sapu ditarik secara perlahan di
dasar laut, kemudian bintang-bintang lautnya yang tersapu dinaikkan ke atas
(selang 10 menit) untuk dibuang atau dibunuh.
Gambar 8. Sapu Bintang Laut
Bintang laut dapat dibunuh dalam air panas atau dalam larutan garam pekat.
Bila bintang lautnya banyak dapat dimusnahkan dengan jalan menebarkan
kapur sebanyak ± 227 kg/are di dasar laut.
2) Siput Pengebor
Beberapa jenis siput, seperti jenis Thais sp dapat mengebor cangkangcangkang tiram sehingga tiram-tiramnya mati. Cara yang paling sederhana
untuk mencegah ganguan jenis siput ini adalah dengan jalan memilih ladang
budidaya yang bebas dari mereka.
Gambar 9. Siput Pengebor Jenis thais sp.
3) Cacing Lepuh
Cacing lepuh lumpur jenis Polydora sp. yang hidup pada bagian dalam
cangkang tiram dapat mengakibatkan lepuh-lepuh berwarna hitam pada
permukaan bagian dalam cangkang tiram. Cacing lepuh dapat dimusnahkan
dengan jalan merendam tiram-tiramnya dalam larutan garam pekat.
4) Kerang Hijau
Kerang hijau (Perna viridis) merupakan saingan utama bagi tiram dalam hal
makanan dan tempat hidup. Karena ulah kerang hijau, mutu tiram menjadi
rendah dan bahkan membunuhnya. Oleh karena itu sebelum
pembudidayaan tiram dilakukan terlebih dahulu memusnahkan kerangkerang hijaunya.
5) Teritip
Teritip (Balanus sp.) sering mengotori cangkang tiram bagian luar.
Sebagaimana halnya dengan kerang hijau, teritipun merupakan saingan
berat bagi tiram dalam hal makanan dan tempat hidup, serta sangat
mengurangi produktivitas spat-spat tiram yang dapat melekat pada kolektor
karena sudah didahului oleh teritip.
Pengotoran kolektor tiram oleh teritip dapat ditanggulangi sampai pada
tingkat tertentu dengan jalan pengamatan burayak tiram dalam contohcontoh plankton untuk mengetahui musim puncak spatnya. Jika
pemasangan kolektor terlalu dini, maka dengan cepat sekali kolektor tersebut
dipenuhi oleh teritip. Bilamana memungkinkan sebaiknya memilih lokasi
budidaya tiram di daerah perairan yang populasi teritipnya tidak begitu padat.
6) Cacing Tabung
Jenis cacing ini (pomatoceros sp.) berbentuk tabung berkapur putih dan
hidup melekat pada cangkang tiram bagian luar, sehingga selain cangkang
tiramnya kotor, juga bersaing dalam perolehan makanan.
4. PANEN
Tiram sudah dapat dipanen setelah mencapai ukuran 100 mm. Untuk
mencapai ukuran ini diperlukan waktu pemeliharaan selfma 12 ~ 18 bulan
semenjak masa pengumpulan spat. Atau apabila jeroan dagingnya sudah
berwarna putih susu yang mengandung glikogen.
Jika tiram-tiram itu untuk disimpan agak lama sebainya disejukkan pada suhu
10 derajat C atau 340 derajat F.
5. KESEHATAN MASYARAKAT
Salah satu masalah pada tiram ini adalah bahwa binatang ini mudah
terkontaminasi oleh bakteri, karena ternyata tiram tahan terhadap pencemaran
yang mengandung bakteri patogenis yang berasal dari buangan industri
maupun dari buangan rumah tangga. Oleh karena itu, sebaiknya usaha
budidaya tiram dilakukan di perairan yang masih belum tercemar.
Bakteri yang terdapat dalam tiram dapat dibasmi dengan jalan merebusnya
selama 2 ~ 3 menit. Jika tiram-tiram yang sudah terkena polusi hendak
dipasarkan hidup-hidup, bakterinya dapat dilenyapkan dengan cara merendam
tiram-tiramnya dalam air bersih bebas hama selama 2 ~ 4 hari. Tiram-tiram
dapat juga disuci hamakan dalam air bebas bakteri yang telah diperlakukan
dengan sinar ultra violet, khlorin atau ozon.
6. DAFTAR PUSTAKA
1) Galtsoff, P.S. (1964). The American Oyster. Fish. Bull. Fish Wildl. Serv.,
64. 480pp.
2) Medoof, J.C. (1961). Oyster Farming in the Maritimes. Fish. Res. Bd. Can.
Bull. No. 131.
3) Okada, H. (1963). Report on Oyster Culture Experiments in Malaysia (1960-
1963). Published by Bahagian Perikanan, Kementrian Pertanian dan
Pembangunan Luar Bandar.
7. SUMBER
Budidaya Tiram, Judul asli: Oyster Culture, oleh P.S. Choo, Fisheries Research
Institute Glugor, Penang, Malaysia. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
oleh Drs. T. Asikin - Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan
International Development Research Centre, 1985.
8. KONTAK HUBUNGAN
Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
Jakarta, Maret 2001
Disadur oleh : Tarwiyah
KEMBALI KE MEN
Subscribe to:
Posts (Atom)