Pembenihan Bandeng

PEMBENIHAN IKAN BANDENG

1. TENTANG BANDENG
Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama
dalam usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan Teknologi budidaya
bandeng di tambakdirasakan sangat lambat dibandingkan dengan usaha
budidaya udang. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu kendala
dalam menigkatkan teknologi budidaya bandeng.
Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhan
budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha
pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan
nener tersebut menjadi sangat penting.
Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam, pengembangan
wilayah, penyediian dukungan terhadap pembangunan perikanan khususnya
dan pembangunan nasional umumnya, kegiatan pembenihan bandeng di
hatchery harus diarahkan untuk tidak menjadi penyaing bagi kegiatan
penangkapan nener di alam. Diharapkan produksi benih nener di hatchery
diarahkan untuk mengimbangi selisih antara permintaan yang terus meningkat
dan pasok penangkapan di alam yang diduga akan menurun.

BUDIDAYA IKAN LELE
( Clarias )


Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit
licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain:  ikan kalang
(Padang),  ikan maut (Gayo, Aceh),  ikan pintet (Kalimantan Selatan),  ikan keling (Makasar),
ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre
trang  (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula  catfish, siluroid, mudfish  dan  walking
catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai
dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele
bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari,
ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada
musim penghujan.

Analisis Usaha dan Budidaya Ikan Nila

Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan
pipih kesamping dan warna putih kehitaman.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
Persyaratan lokasi yang baik untuk Ikan Nila:
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang
disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila
kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae.
Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan
air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik
antara 20-35 cm.
5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih,
karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
7. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 oC.
9. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.